Monday, July 26, 2010

Raheel Zara

Seorang penulis Kanada akan menjadi wanita pertama yang menjadi imam Salat Jumat di Oxford. Suatu hal yang jelas-jelas sangat kontroversial dan akan memicu kemarahan umat Islam. Wanita itu bernama Raheel Raza. Siapa Raheel Zara?

Raheel Raza adalah seorang aktivis hak-hak perempuan dan penulis yang berbasis di Toronto, Kanada.

Dia diundang oleh Dr Taj Hargey, seseorang yang menyebut dirinya sendiri sebagai imam sebuah interpretasi pemahaman ultra-liberal Islam yang meliputi, antara lain, bahwa laki-laki dan perempuan harus diizinkan untuk shalat bersama dan bahwa imam perempuan bisa memimpin shalat yang dilakukan bersama-sama.

Tiga dari empat sekolah utama Islam Sunni mengizinkan wanita untuk memimpin shalat berjamaah khusus untuk wanita, tetapi semua ahli hukum Islam menentang jika perempuanmemimpin shalat berjamaah di luar rumah dimana makmunnya terdapat laki-laki dan perempuan juga.

Raza, 60, adalah bagian dari sebuah kelompok kecil gerakan feminis Islam yang mencoba mendobrak pemahamanan sesat bahwa perempuan secara tradisional dikecualikan dari peran kepemimpinan dalam masjid. Mereka berpendapat bahwa tidak ada dalam Al Qur'an yang menyebutkan imam perempuan dilarang. Alih-alih mengandalkan para ulama hadis

Lima tahun lalu di Toronto, Raza menerima ancaman pembunuhan setelah memimpin sebuah shalat berjamaah yang makmunnya terdapat laki-laki juga.

"Ini adalah pengalaman yang sangat mendalam," kata Raza. "Ini bukan tentang mengambil alih pekerjaan imam, tapi mengingatkan kjepada kaum Muslim bahwa 50 persen dari penganutnya adalah perempuan. Wanita layak untuk didengar."

Kehadiran Raza di Oxford mengulangi sesi shalat berjamaah serupa pada tahun 2008 yang dipimpin oleh Amina Wadud.

sumber: eramuslim.com

Wednesday, July 21, 2010

Seperti apakah risau kita hari ini?


Hari itu, seseorang menjumpai Umar bin Abdul Aziz. Khalifah dari Bani Umayyah yang sangat terkenal itu. Didapatinya Umar sedang menangis. Sendirian.

“Mengapa engkau menangis wahai Amirul Mukminin?” tanya orang itu dengan hati-hati. “Bukankah engkau telah menghidupkan banyak sunnah dan menegakkan keadilan?” tanya orang itu lagi dengan nada menghibur.

Umar masih terus menangis. Tidak ada tanda-tanda ia akan berhenti dari tangisnya. Beberapa saat kemudian, barulah ia menyahut seraya berkata, ”Bukankah aku kelak akan dihadapkan pada pengadilan Allah, kemudian aku ditanya tentang rakyatku. Demi Allah, kalau benar aku telah berbuat adil terhadap mereka, aku masih mengkhawatirkan diri ini. Khawatir kalau diri ini tidak dapat menjawab pertanyaan seandainya banyak hak rakyatku yang aku dzalimi?”

Air mata Umar terus mengalir dengan derasnya. Tidak lama berselang setelah hari itu, Umar menghadap Allah subhanahu wataala. Ia pergi untuk selama-lamanya.

Umar bin Abdul Aziz, yang menangis dan terus menangis itu, hanyalah satu contoh dari kisah ’orang-orang risau’. Ya, orang-orang yang selalu punya waktu untuk merasa risau, gundah, dan khawatir.

Bahkan sebagian mereka mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk risau. Risau terhadap dirinya, terhadap orang-orang di sekitarnya, atau terhadap beban dan tanggung jawab yang dipikulnya.

Paradigma orang yang menemui Umar, dalam kisah di atas, sangat berbeda dengan paradigma Umar, yang tetap saja menangis. Orang itu bertanya heran mengapa Umar masih menangis, karena dalam pandangan dirinya, Umar sudah sangat terkenal keshalihan dan kebajikannya. Umar telah banyak melakukan kebaikan, berlaku adil kepada rakyat. Dan bahkan mengantarkan mereka kepada kehidupan yang makmur dan damai.

Tetapi Umar tetap menangis. Tangis kerisauan dari seseorang yang mengerti betul bagaimana ia mesti ber-etika di hadapan Tuhannya. Tangis Umar adalah ekspresi kerisauan. Kerisauan seorang penguasa yang memikul tanggung jawab berat. Tanggung jawab memimpin ribuan rakyat. Ia juga tangis seorang yang telah menapaki tangga-tangga hikmah. Yang keluasan ilmu dan amalnya semakin membuatnya merunduk dan merendah.

Kerisauan seorang Umar, adalah bukti bahwa setinggi apapun derajat hidup orang, sesungguhnya Ia bisa risau. Meski kerisauan setiap orang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan justru di sinilah inti permasalahannya. Ialah bahwa sejarah selalu mencatat, orang-orang besar sepanjang jaman, adalah orang-orang yang punya waktu untuk risau, mengerti mengapa harus risau, dan apa yang mereka risaukan. Sebagian bahkan meniti awal kebesarannya dari awal kerisauannya.

Sebab rasa risau adalah titik api pertama, yang akan melontarkan sikap-sikap positif berikutnya, lalu membakarnya hingga menjadi matang. Sikap mawas, selalu mengevaluasi diri, tidak besar kepala, bertanggung jawab, tidak mengambil hak orang, dan lain-lainnya. Keseluruhan sikap-sikap itu, pemantiknya adalah risau.

Sejarah tidak pernah memberi tempat bagi orang-orang yang tidak pernah risau, selalu merasa aman, enjoy sepanjang hidup, tanpa beban sedikitpun, untuk dicatat dalam daftar orang-orang besar. Karena risau tidak saja simbol kesukaan akan tantangan, dinamika dan kompetisi, tapi risau juga kendali dan sumber inspirasi bagi segala sikap kehati-hatian.

Dalam pengertian inilah, kita memahami peringatan Allah, bahwa seorang Mukmin, dan bahkan setiap manusia, tidak boleh merasa aman dari adzab Allah. Orang-orang yang merasa aman, tidak pernah merasa risau, tidak punya waktu untuk risau, dan bahkan tidak mengerti mengapa harus risau, adalah orang-orang yang rugi.

Simaklah firman Allah yang artinya, ”Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi. " (QS. Al-A’raf: 97 - 99).

Ayat tersebut sedemikian jelas memaparkan, bahwa merasa aman dari adzab Allah adalah tindakan yang salah. Kuncinya sangat sederhana. Karena manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bahkan ia juga tidak bisa memastikan, apa yang akan terjadi beberapa menit kemudian. Bisa jadi besok ia melakukan kesalahan, lalu sesudah itu ia mendapat adzab. Bisa juga ia tidak melakukan kesalahan. Tetapi juga mendapat imbas adzab dari kesalahan yang dilakukan orang lain.



Hidup ini seperti hutan belantara yang sangat lebat. Manusia dan keseluruhan makhluk saling berlomba di dalamnya. Berpacu, beradu, berlomba, atau juga saling bekerjasama. Lebatnya belantara hidup membuat hidup begitu liat, keras, dan kadang harus saling mengalahkan. Dalam seluruh denyut kehidupan itu manusia terikat oleh serabut-serabut panjang dan saling berhimpitan. Ujung serabut itu terikat dengan makhluk-makhluk itu. Sedang pangkalnya ada dalam genggaman tangan-tangan Allah. Serabut-serabut itu adalah kekuasaan Allah, yang dari sana lahir takdir-takdir bagi keseluruhan hidup manusia.

Maka, rasa risau, dalam tatanan Islam adalah awal dari rasa ketergantungan kepada sumber-sumber yang memberi rasa aman. Dan, sumber utama rasa aman itu adalah Allah. Yang Maha Kuat lagi Maha Melindungi. Karenanya, orang-orang seperti Umar sangat memahami betapa risau haginya adalah sebuah proses produktif seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhannya. Ia risau dan karenanya ia menangis. Ia menangis dan karenanya ia berharap.

Kita, di sini, sekumpulan orang-orang yang tak akan sampai menyamai Umar bin Abdul Aziz, apalagi melampaui, semestinya menjadi orang-orang yang akhirnya mengerti darimana sebuah kebesaran dimulai. Bahkan, sebuah harapan, ternyata, mula-mula adalah segumpal risau.

Salah satu kebutuhan penting dalam hidup, adalah merisaukan diri. Ia semacam rumah-rumah kecil untuk persinggahan, bagi keseluruhan alur dan aliran semangat serta gelora hidup kita. Sebuah risau adalah tali penyeimbang antara menengok ke belakang dan berhati-hati menatap ke depan.

Maka seperti apakah risau kita hari ini?

Keistimewaan Sya'ban


Bulan Sya'ban adalah bulan kedelapan menurut kiraan takwim Hijriyyah yang padanya mempunyai 28 hari. Sya'ban berarti bercerai-berai. Dinamakan Sya'ban kerana di bulan ini masyarakat Arab ketika itu bertebaran ke berbagai tempat untuk mencari air disebabkan kemarau yang berpanjangan.


Bulan Sya'ban merupakan salah satu bulan yang mulia dan mempunyai beberapa kelebihan dan keistimewaan tertentu padanya. Padanya digalakkan untuk memperbanyakkan ibadah seperti di bulan Ramadhan, Rajab, Muharam dll. Di samping itu, bulan Sya'ban adalah bulan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan.

Masyarakat Arab menggambarkan kemuliaan bulan Sya'ban ini dengan beberapa huruf dan artinya yang tersendiri. Di antaranya:

1. Kemuliaan derajat Rasulullah saw. di atas karunia bulan Sya'ban kepadanya sehingga dinamakan bulan ini adalah bulan Nabi saw.

2. Keperkasaan dan ketinggian.

3. Kebaikkan dan kebajikan yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat ganjaran pahala yang besar dari Allah swt.

4. Kasih sayang dan kemesraan.

5. Cahaya keimanan dan cahaya ibadah yang dikurniakan oleh Allah swt. kepada hamba-Nya yang bertaqwa.

di bulan Sya'ban terdapat pula berbagai peristiwa bersejarah dalam Islam, yakni:

1. Menurut Imam Nawawi, pada hari Nisfu Sya'ban (hari kelima belas di bulan ini) tahun kedua Hijriah, telah berlaku pertukaran kiblat umat Islam. Yaitu dari Masjid al-Aqsa ke Ka'bah di Masjid al-Haram.

2. Terjadi peperangan Bani Mustalik pada tahun kelima Hijrah. Kemenangan berpihak kepada Islam.

3. Terjadi peperangan Badar yang terakhir pada tahun keempat Hijrah.

Adapun amalan-amalan yang biasa dilakukan Rasulullah dan para sahabat di bulan Sya'ban adalah:

1. Memperbanyakkan Puasa Sunah

Aisyah r.a. berkata : Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. menyempurnakan puasa sebulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat baginda memperbanyakkan berpuasa sebagaimana pada bulan Sya'ban.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Aisyah r.a. juga pernah berkata: Nabi Muhammad saw. tidak banyak berpuasa melainkan pada bulan Sya'ban dan baginda telah berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya'ban. Dan baginda bersabda: Lakukanlah amalan yang mana kamu mampu membuatnya maka sesungguhnya Allah tidak membebankan (mewajibkan) kamu sehingga kamu merasa berat dengan bebanan. Dan apa yang disukai oleh Rasulullah saw. adalah sembahyang (sunah) yang sentiasa dilakukan meskipun sedikit. Dan baginda mendirikan sembahyang, maka baginda sentiasa istiqamah di dalam berbuat demikian.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Sebuah hadits Nabi saw.: Rasulullah saw. telah berpuasa sebahagian besarnya dari bulan Sya'ban.
(Riwayat Nasaie)

2. Memperbanyak Berzikir dan Berdoa

Sabda Rasulullah saw.: Allah mencurahkan kebajikan pada empat malam yaitu malam Raya Haji, malam Raya Puasa, malam Nisfu Sya'ban dan malam Arafah.
(Riwayat al-Baihaqi).

Sabda Rasulullah saw. : Doa merupakan otak kepada ibadah.
(Riwayat al-Tirmizi).

Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw. mengingati Allah (berzikir kepada Allah) setiap waktu.
(Riwayat Muslim).

3. Sentiasa Bertaubat dan Beristighfar

Allah swt. berfirman: Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu berjaya. (Q.S. an-Nur Ayat 31).

Tuesday, July 6, 2010

Lima Bab Singkat

BAB I
aku sedang berjalan. ada lubang yang dalam di tepinya. aku terperosok. aku tak berdaya. itu bukan salahku. lama sekali baru aku bisa ke luar.

BAB II
aku sedang di jalan yang sama. ada lubang yang dalam di tepinya. aku pura-pura tidak melihatnya. lagi-lagi aku terperosok. tidak kusangka aku berada di tempat yang sama lagi. tapi itu bukan salahku. masih saja lama sekali baru aku ke luar.

BAB III
aku sedang di jalan yang sama. ada lubang yang dalam di tepinya. aku melihatnya. tapi tetap saja aku terperosok. sudah jadi kebiasaan. sekarang mataku terbuka. aku tahu di mana aku berada. ini salahku. akupun segera ke luar

BAB IV
aku sedang di jalan yang sama. ada lubang yang dalam di tepinya. aku menghindarinya

BAB V
aku melewati jalan lainnya.

dikutip dari There's a Hole in My Sidewalk karya Portia Nelson.


Siapa Aku?

Aku adalah teman tetapmu
aku adalah penolongmu yang terbesar
atau bebanmu yang terberat
aku akan mendorongmu maju atau menyeretmu menuju kegagalan
Aku sepenuhnya tunduk kepada perintahmu
sebagian hal yang aku lakukan mungkin sebaiknya
kamu serahkan saja padaku, maka
aku akan melakukannya dengan cepat dan tepat

aku mudah diatur, tugasmu tegas kepadaku
tunjukan kepadaku, bagaimana seharusnya
kamu ingin sesuatu itu dilaksanakan
dan setelah beberapa kali belajar aku akan melakukannya
dengan otomatis.


aku adalah hamba dari semua insan besar
dan sayangnya, juga hamba dari semua pecundang.
mereka yang besar, telah kujadikan besar
mereka yang gagal, telah aku jadikan pecundang

aku bukan mesin, walaupun aku bekerja dengan ketetapan
seperti mesin ditambah intilijensi manusia
kamu bisa menjalankan aku demi keuntungan
atau demi kehncuran.
semua itu tak ada bedanya bagiku

ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku
maka aku akan meletakkan dunia di kakimu
bersikaplah terhadapku maka aku akan mengkancurkanmu.


Siapakah Aku