Friday, June 25, 2010

Potret Jakarta di 483


22 Juni lalu, Jakarta berulang tahun (berkurang umur mungkin lebih tepatnya) yang ke 482. meskipun tanggal tersebut masih menjadi perdebatan di antara para sejarahwan, tapi Pemerintah DKI JAkarta tetap menetapkan bahwa tanggal 22 Juni sebagai hari ulang tahun kota Jakarta.

untuk menyambut ulang tahun ibu kota ini, seperti biasa dibukia Pekan Raya Jakarta atau PRJ yang diadakan di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat. semakin tua usia Jakarta, semakin banyak dan meriah cara para penghuninya untuk merayakan ulang tahunnya. tapi apakah ada sedikit saja rasa bagi mereka termasuk saya untuk memperbaiki apa yang ada di dalamnya?

miris rasanya saat kita berjalan selalu ada seorang pengemis yang menghampiri. di setiap lampu merah, kini kita tak luput dari sapaan tangan yang menengadah di hadapan kendaraan kita. mereka beragam. ada tua, ada muda. ada yang berjalan dengan kaki yang terserok-serok, ada pula yang berjalan dengan tangan yang menggelayutkan badan. ada yang menggendong bayi atau anaknya, ada pula yang menggendong ayah atau ibunya. ada yang bernyanyi, ada juga yang berpuisi. hm.. semuanya sudah saya temui di kota tercinta ini.

Jakarta. di usianya yang kian renta, semuanya berubah. dulu, ketika saya bepergian, yang ada hanya pohon-pohon besar dan jarak gedung-gedung megah yang berjauhan. tai sekarang? semua dibuat apartemen, setiap berjalan, pantulan cahaya matahari oleh kaca-kaca gedung saling bertabrakanh. di mana-mana macet. di mana-mana banjir. di mana-mana ada saja kejutan dari penghuninya. dan yang sedang gencar di daerah tempat saya tinggal sekarang, di mana-mana pusat pembelanjaan.


Jakarta, oh Jakarta. mengapa Bunda tak lagi bijaksana?

No comments:

Post a Comment