Monday, January 5, 2009

KADO UNTUK GURU


"ayeee..
semuanya, bosankan di rumah?
rapat rohis yuk!! ada hal penting yang mau gue omongin.
ini penting, tolong datang !!"

itulah sms yang aku terima dari teman, aku kira apa? ternyata, cuma buat ngomongin ulang tahun guru kita tercinta 'bu Tuti Qomariah' alis bu Qoqom alias bu cocom

selamat ulang milad yah BU...
semoga umur ibu berkah.
semoga dalam tiap langkah ibu selalu terpayungi keridhoanNya
semoga ibu mendapat syafaat Rasulullah di yaumil akhir kelak,
dan semoga semua hal yang ibu ajarkan pada kami dapat kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya. (hiks kaya mau perpisahan aja : p)

hmmm, gak kerasa judah hampir dua tahun aku diajarin sama ibu, terimakasih banyak guruku tercinta.
semoga murui-muridmu dapat menjadi generasi yang cerah, secerah mentari dhuha dan senantiasa menghangatkan dunia
Amiiiin, amiiin

HAPPY NEW YEAR !!!

1429 H telah berlalu, tapi semaraknya tetap saja kalah meriah dengan pergantian tahun ke 2009 M. Sangat mengenaskan. Ternyata masih banyak saudaraku yang belum mengenal islam. T_T
Fenomena pergantian kedua tahun ini benar-benar berbeda. Ini sangat jelas terlihat karena kebetulan tahun ini (2008:red) pergantian tahun Hijriah dan Masehi berdekatan. Yang lebih memprihatinkan lagi yaitu saat selama perjalananku menuju Monas lalu pulang lagi ke rumah dan berangkan ke kebayoran lalu pulang lagi ke rumah, sekian banyak spanduk yang mengucapkan ‘selamat natal & tahun baru 2009’, hanya ada dua spanduk yang mengucapkan ‘selamat tahun baru Hijriah’. Itupun dari bapak presiden kita (terima kasih bapak Presiden ^_^)
Hmm,, dengan berdekatannya waktu pergantian tahun masehi dan hijriah ini, aku makin tahu bahwa dunia makin luput dengan kelupaan. Ternyata mereka lupa dengan islam dan Rasulullah yang telah memperjuangkannya,dan pasti mereka telah melupakan Allah. Duuh, cedihnaa T_T nagis lagi deh. Na’udzubillah himindzalik.
Saat tahun baru hijriah, hanya ada 3 orang teman yang mengucapkan selamat tahun baru kepadaku, sedangkan saat tahun baru masehi ada 4 orang berbeda yang mengucapkannya. Yah, meski hanya berselisih satu suara, tetap saja menyedihkan. Memang sih, bukan ucapan ‘selamat tahun baru’ yang aku mau. Tapi dengan mengucapkannya itu sudah melambangkan bahwa ‘kita’ telah menghargai dan mengingat agama kita sendiri.
T_T hikhik. Kasihan agamaku, ooh islamku sayang islamku malang.
Jika kita lihat penyambutan tahun baru masehi, huhf, itu benar-benar sangat berbeda benar dengan penyambutan tahun baru hijriah. Semangat sorak gempita terdengar menggema seantero kota, tipuan terompet saling bersahut-sahutan di sepanjang jalan, dan pesta bakar ayam pasti tak mau kalah untuk dilakukan ‘keluarga-keluarga malang’ di atas jam 00.00.
Sebenarnya, tahun baru masehi itu punya siapa sih?? ‘ _’ (muka bingung) Bukankah tahun baru masehi itu milik orang-orang nasrani??
Jadi begini, tahun baru masehi itu pada mulanya dirayakan oleh Julius Caesar pada abad ke-45 SM. Konon ini dilakukan sang kaisar untuk menghormati Dewa Janus (dewa yang digambarkan bermuka dua yang merupakan dewa pintu dan semua permulaan). Seiring dengan berkembangnya agama nasrani acara ini diwajibkan satu paket dengan natal
Naah,, gitu. Jadi perayaan tahun baru masehi itu murni milik para nasrani. So,, do you want to be one of them? Kalau nggak, yuk kita tinggalkan tradisi itu. Kita ganti semua itu dengan mengingat tahun baru hijriah dengan cara membaca do’a akhir dan awal tahun hijriah, memulainya dengan instrospeksi diri dan dzikir sebanyak-banyaknya, berdo’a agar di tahun selanjutnya kita bisa lebih baik dan makin disayang olehNya. Eits, jangan lupa juga berdo’a untuk saudara-saudara kita yang ada di bumi Palestin itu ya.. semoga mereka dapat merdeka dan dapat mengambil hak mereka kembali seutuhnya. Amiin
So,, yuk kita kenali islam lebih dalam, sayangi dia, Dia, dan ‘dia’. And let’s say HAPPY NEW YEAR HIJRIAH friends !!!!

HEARD 'THEIR' CRY AND SAVE 'THEM': OUR PALESTIN

Saat kaki ini masih letih setelah 2 ½ jam berputar-putar di mall karena membeli kado untuk guru tercinta. Aku melihat berita yang sangat memilukan untuk agamaku tercinta ‘Islam barakallah’. “100 ANAK MENJADI KORBAN LEDAKAN BOM ISRAEL”. Itulah kalimat yang terpampang tebal di layar televisi yang ada di hadapanku. Masya Allah, laailahaillallah, innalillaahi wa innailaihi raaji’un... kata itulah yang keluar dari mulutku saat aku melihat seorang balita berbalut bendera Palestin yang sedang dipangku oleh lelaki paruh baya.
Allah, sampai kapan saudara-saudaraku harus merasakan semua ini? Masih terniang dalam ingatan saat guru agamaku menjelaskan perjalan Rasulullah di malam hari. Isra’ Mi’raj, itulah namanya.kisah perjalanan Rasulullah yang mendapat perintah shalat bagi ummat muslim. Perjalanan yang mengagumkan. Perjalan Rasulullah dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha lalu ke Baitul Maqdis dan Sidratul Muntaha. Masih tersimpan dalam ingatanku, bagaimana diriku yang kecil mengimajinasikan perjalanan Rasulullah yang hanya dalam semalam.
Tapi kini. Apa yang ada pada pemandangan di depanku? Masjidil Aqsha yang dikepung, ummat islam yang shalat di halaman Masjidil Aqsha, dan tatapan sinis para yahudi yang berdiri dihadapan para saudaraku yang sedang menghadap padaMu. Allah,, aku tak tega melihat. Sungguh. Air mata ini tak akan cukup untuk meluapkan kepedihan ini. Aku merasa ada belati yang menikamku saat tempat suci yang pernah didatangimu kini porak-poranda, Rasul.
Sedih rasanya saat aku membandingkan imajinasi kecilku dengan pemandangan yang ada di hadapanku ini. Tak terasa ada sebutir cairan mengalir dai ujung mataku. Mengapa semua begini? Rasulullah, beginikah nasib Islam sepeninggalanmu. Di mana semangat para sahabatmu yang berjuang demi agama ini? Di mana ketangguhan Khulafaur Rasyidin yang ada di zamanmu? Di mana spirit ashabul kahfi?, spirit para pemuda yang mempertahankan iman pada agama yang kau bawa.
Allah... kapan ini berakhir?
Aku yakin, ada rahasia dahsyat yang Kau sembunyikan di balik peristiwa ini. Ada kemenangan besar di balik semua ini.
Aku yang hanya seorang wanita, tak mampu berbuat apa-apa. Tak mampu turun ke medan jihad dan menyelamatkan saudaraku dari gencatan bom. Tapi semua itu tak mustahil untukku lakukan. Allah,, jika engkau berkehendak, aku ingin memeluk ukhti di seberang sana. Aku ingin memberinya perlindungan, memberinya selimut agar tak kedinginan, dan memberinya ayat-ayat ketegaran yang Kau turunkan agar mereka tetap kuat dan tegar. Ingin sekali aku menggendong dan memberi dekapan hangat pada anak-anak tak berdosa yang ada di sana.
Wallahi.. aku tak rela agamaku dilecehkan seperti itu. Aku tak sudi saudaraku tersiksa terus-menerus. Dan demi nafas yang aku hirup sepanjang hidupku, aku ingin mereka merdeka.
Tak sadar, ketika itu pula aku bergumam bahwa aku akan menonjok para yahudi laknatullah itu dan ... sangat sangat tidak sudi saudaraku diperlakukan seperti itu. Ya Allah,, azza wajallah. Berilah mereka petunjukMu, sadarkan mereka dengan kuasa yang kau miliki. Huhf. Tapi apa gunanya aku berdo’a seperti itu? Bukankah Allah telah mengatakannya sendiri bahwa orang-orang yahudi itu akan terus tertutup pintu hatinya dari petunjuk Allah, dan Allah pun mengatakan bahwa hati mereka terkunci dari segala hal yang berprikemanusaan. Itu semua karena mereka mau melakukan hal apa saja demi menguasai dunia. Maka tak heran jika kejeniusan yang mereka miliki digunakan hanya untuk menghancurkan golongan yang bertentangan dengannya yaitu Islam. Yup! Di mata yahudi, Islam adalah musuh yang sangat berbahaya bagi kekuasaannya, bahkan di anggap lebih berbahaya dari pada komunis sekalipun.
Tapi, apakah aku harus mendo’akan para yahudi itu untuk diazab dan mendapat pembalasan yang setimpal oleh Allah? Bukankah Allah akan memberikan nikmat dan kesenangan yang panjang bagi orang-orang kafir agar dosa-dosa mereka bertambah banyak? Wallahu ‘alam bishshawaf. Yang menjadi permasalahan disini bukan bagaimana cara kita mendo’akan akan kesadaran orang-orang yahudi itu. Tapi yang terpenting bagaimana caranya agar saudara kita yang ada di sana dapat segera merdeka dan bertakbir gembira sekeras-kerasnya.
Hmm. Kalau mengingat jihad, aku jadi teringat kata-kata kakak mentorku. “katakan Allahu Akbar sekencang-kencangnya sambil menghantamkan tonjokan ke arah depan, dan anggap di depan kita ada seorang yahudi yang sedang “menyengir kuda”. Maka insya Allah rasa hantaman tangan kita akan sampai kewajah mereka.
Wallahu’alam.
Ayo,, dzikir bersama, ucapkan takbir, dan ribuan shalawat pada nabi kita untuk saudara-saudara tercinta. Semoga Allah memberikan kemenangan bagi muslim dunia. Dan biarkan kekuasaan dan tangan Allah yang akan ikut berperang melawan yahudi laknatullah. Lantunkan do’a untuk kekuatan dan kejayaan Islam di sana!! Subhanallah, ALLAHU AKBAR !!!
SAY,
ALLAHU AKBAR !! ALLAHU AKBAR !! FATH ILA PALESTIN AHAD
JUST FOR JUSTICE PALESTIN BELOVED.

Ketika Kesetiaan Dipertanyakan

Kesetiaan. Siapa yang tidak tahu tentang itu? Yap. Kesetiaan adalah sesuatu yang paling berharga di dunia, dari jaman Nabiyallah hingga jaman kekafiran seperti ini. Kesetiaan sangat diperlukan dalam islam, hal ini karena Allah sangat mencintai mahkluk-mahklukNya dengan setia, maka kita sebagai satu dari mahklukNya yang tak terhitung jumlahnya juga sepatutnya harus setia pada kesetiaan Allah.


Lantas bagaimana jika kita setia lagi dengan cinta Allah dan RasulNya? Semua itu telah dijawab langsung oleh Allah ketika ‘penghianat besar’ kesetiaan Allah hadir dalam kisah salah satu Nabi kita. Dialah Yudas Iskariot. Kita pun sudah tahu dampak yang ia dapatkan atas ketidaksetiaannya itu. ‘penghianat’ itu kini menjadi sesembahan para Nasrani yang menganggapnya sebagai Nabi Isa as. Subhanallah.. hingga segitu besar rupanya pemalasan Allah terhadap mahikluk yang mengkhianati kesetiaanNya yang telah dipercayakan kepada kita.


Hmm.. kalau kesetiaan manusia diberi manusia gimana?


*_* friend,, yang namanya kesetiaan itu kekal pengertian dan tindakannya kepada siapa pun, Sangkhalik-kah, sampai pada sesuatu yang lebih kecil pun seperti kesetiaan pada manusia, teman dan pacar sekali pun. Ehem, kesetian yang kecil seperti itu saja masih banyak yang mengkhianati, apalagi kepada Allah. Sulit memeng menjaga kesetiaan yang telah dipercayakan orang (terutama yang dicintai) kepada kita. Tapi mengapa kita berusaha untuknya? Bukankah sesuatu yang dipetahankan akan terasa makin kuat melekat pada diri hati kita?


Itulah yang membuat saya menulis tentang ‘kesetian’ ini. Ternyata masih bayak orang di sekitarku yang mudah berkhianat hanya karena hal yang sepele. Bahkan orang itu adalah orang yang dapat dikatakan dekat denganku.


Saat hati ini kesepian dan tak tahan menahan rasa untuk diluapkan pada orang yang kita cintai, haruskah kita menghianatinya? Apakah itu jalan satu-satunya untuk meluapkan rasa cinta yang ada demi kebutuhan diri sendiri. Hem, egois rasanya.


Saat seorang yang mencintai diri ini sangat dan sangat mencintai, kenapa harus ada pengkhianatan atas rasa cinta yang telah diberi? Na’udzubillah.


Bagi aku, kesetiaan itu mahal harganya, karena itu jika kita telah diberi kepercayaan untuk setia mengapa kita tak menjaganya baik-baik. Memang sih kesetiaan itu tak nampak wujudnya, tapi dampaknya terlihat jelas oleh mata, rasanya sangat dalam dan sulit dipukan ketika kita benar-benar menjaga kesetiaan.
Oke.. kalau kita meremehkan kesetian dan berkata, iya sih,, pacarku orang yang setia begitu juga aku, tapi kalau ditinggal pacar nan jauh di sana untuk satu urusan,, yah....?


Yah apa? Yah boleh aja gak setia? Begitu maksudnya? Alah, bilang aja emang ... (tuuuut,, masuk lembaga sensor nih)


Gini aja deh, sekarang kita ibaratkan kesetiaan itu sebuah benda yang kita sayangi. Misalnya, buku (buat si maniak buku), coklat (buat orang yang demen coklat), atau berlian berharga (untuk para pengila perhiasan, wiih). Kalau kita anggap kesetiaan itu buku, selayaknya maniak buku, pasti buku itu akan dirawat baik-baik. Mulai dari segi kebersihan bukunya, sampul bukunya, dan akan menjaga bukunya baik-baik di lemari berharga yang mungkin aja itu lemari baja dan emas sekalipun. Dan kalau kamu maniak buku pasti kamu gak akan membiarkan buku kamu lecek kan?


Naah, begitu juga dengan kesetiaan. Coba deh kita rawat kesetiaan itu dengan menaruhnya dalam-dalam di dasar hati kita, dan selalu mencurahkan tanda-tanda keberadaan kesetiaan itu hanya pada yang mempercayakannya. Itulah kuncinya.


Lalu, coba deh berfikir sedikit lebih dewasa (sedikiiit aja, gak usah banyak-banyak kok). Berfikir dampak dari semua pengkhianatan kita, mulai dari dampak yang paling kecil sampai dampak yang paling besar. Yaah,, kalau berkhianat pada sesama manusia sih gak bakal kayak Yudas. Tapi paling nggak Allah sudah menyiapkan berbagai balasan bagi yang coba-coba berkhianat, apalagi sama Dirinya sendiri, pake ada plus-plusnya loooh, ^_^


Yuk sekarang kita mulai menjaga kesetiaan yang Allah beri, juga kesetiaan yang telah diamanahkan oleh orang-orang yang mencintai dan dicintai kita. Dalam islam kan juga ada ada hukum karma (emang buddha doang, weeek). Jadi, kalau gak mau dikhianati jangan coba-coba mengkhianati yaaa.


Kesetiaan kok coba-coba !!! (intonasinya kayak iklan minyak kayu putih)