Thursday, November 11, 2010

pemberian-Nya dan keseombonganku


Ciputat, 11 November 2010 1.48 AM

Lama sekali tak pernah menulis kisah-kisah kembali. Akhir-akhir ini aku lebih sering menulis artikel tentang kesehatan. Entah kenapa, semua seperti sudah diatur oleh Tuhan. Dan kini, ternyata aku benar-benar berkecimpung di dunia kesehatan.

Dapat aku pastikan, aku tak pernah membayangkan akan seperti sekarang ini. Berada di tengah-tengah orang-orang hebat yang mementingkan tingkat kesejahteraan kesehatan tak hanya ditinjau dari sisi medis, tapi juga psikis dan rohani.

Ya, kini aku berada di lingkungan yang dulu pernah aku singgahi. Lingkungan yang kental akan keislaman, tapi juga kaya akan ilmu pengetahuan yang modern dan tak tertinggal dari yang lainnya. Sungguh, aku benar-benar kembali ke masa tujuh tahun lalu. Aku tak tahu apa maksud dari semua ini, apa yang Tuhan mau dariku, lalu, apa yang akan Ia rencanakan untuk hari esokku? Semuanya masih dalam perabaanku terhadap-Nya.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, di sinilah kini aku berada. Dan semuanya tanpaku duga.

Jika aku melihat kembali masa laluku, rasanya aneh. Entahlah, memang itu yang aku rasakan. Menatap masa-masa sekolah yang masih terekam jelas dalam ingatanku membuat aku semakin panjang dalam memikirkan keberadaanku dan kehendak Tuhan kepadaku.

Ketika di bangku sekolah, mungkin orang-orang yang mengenalku (belum tentu semuanya aku kenal) akan mengira aku dapat masuk ke universitas yang lebih bagus lagi. Haha… inilah uniknya Tuhan. Banyak kejutan dalam setiap hari yang Ia ciptakan. Dan aku, yang kata mereka siswa teladan dan berprestasi selama di bangku sekolah “hanya” bisa di sini J

Menyesal?

TIDAK. Jelas sekali! Mungkin awalnya berat, tapi setelah dihadapi dengan optimis, semuanya baik-baik saja. Bahkan lebih dari baik. Karena inilah yang sebenarnya yang aku butuhkan. Dan kalian tahu kenapa? Karena Tuhan mengerti diriku.

Dan sekarang bukanlah waktunya untuk melanjutkan keluh kesah dan kemarahan pada Tuhan hanya karena aku tidak mendapatkan yang aku mau. Karena ternyata Tuhan lebih mengerti aku dibandingkan diriku sendiri. Atas nama-Nya, aku benar-benar malu. Malu telah berprasangka buruk pada-Nya.

Jika direnungkan lagi, aku memang pantas mendapatkan ini. Umm. Kenapa?

Jangan heran, karena memang beginilah adanya. Dulu, saat aku masih duduk di bangku sekolah memang seperti yang telah aku katakan sebelumnya, sebagai siswa teladan dan berprestasi. Tapi aku rasa aku sudah cukup kufur dengan segala karunia itu. Ya. Aku berani berkata seperti ini karena aku merasakannya. Misalnya saja saat semua orang mengenal aku sebagai Lisfatul Fatinah yang katanya pandai, bahkan aku tak banyak mengenal banyak di antara mereka. Dan lagi ketika aku mendapatkan PMDK (jalur penerimaan mahasiswa baru tanpa tes) dari Universitas Indonesia, aku menolaknya mentah-mentah. Padahal saat itu banyak teman-teman yang iri padaku dan berharap dapat menggantikan posisiku. Seingatku, aku juga pernah berkata, “sekalipun keterima, nggak akan diambil kok.”

Ckck. Ya Allah. Sesombong itulah aku, saat itu. Hadist di awal postingan inilah yang aku takuti.

Tapi itu semua bukan berarti aku tidak mau menerima karunia Tuhan. Rencana perkuliahanku memang sebenarnya bukan ke Universitas Indonesia, melainkan Universitas Diponegoro, Semarang atau Universitas Sriwijaya, Palembang. Semua itu aku pertimbangkan berdasarkan kualitas dan prestasi universitas tersebut saat itu. Selain itu, aku juga ingin merasakan menuntut ilmu jauh dari orang tua.

Saat proses seleksi PMDK aku memilih program studi farmasi. Entahlah kenapa aku memilih program studi ini, padahal aku tak tahu apa dan bagaimana farmasi itu. Hingga tiba saatnya hasil seleksi diumumkan, namaku tak tercantum di dalamnya. Menyesal? YA!! Saat itu sangat menyesal. Seluruh semangatku dalam menuntut ilmu luntur seketika.

Ujian demi ujian aku lakukan dengan memilih universitas yang sama dan program studi yang sama. Tapi hasilnya nihil. Hingga di detik-detik akhir ujian masuk universitas, orang tuaku, ibuku lebih tepatnya berkata, “jangan terlalu dipikirin. Memang universitas cuma satu aja? Lagi pula universitas bukan patokan suksesnya seseorang. Semua tergantung orangnya. Kalau memang layak untuk sukses, pasti akan sukses. Di mana pun ia berada.”

Mendengar perkataan ibu yang diucapkan di dapur saat aku sedang bermalas-malasan di kamar, aku langsung merasakan kehadiran Tuhan. Keyakinan akan kasih sayang-Nya. Saat itu juga aku bangkit dan menuju kamar mandi, mengambil air wudhu dan shalat dhuha. Dari sinilah aku mulai berpikir. Saat ini juga aku memporak-porandakan mind set dan perasaanku sendiri di atas sajadah. Tersungkur bersama air mata dan gejolak yang selama ini tersimpan rapi.

Kini, aku tahu Tuhan sudah cukup adil padaku, sangat adil. Mulai dari penolakan pendaftaran PMDK dan ujian-ujian masuk universitas negeri. Ya. Karena aku sudah menolaknya sebelum mendaftarkan diri, lalu apa gunanya Ia membiarkan aku diterima? Bukankah lebih baik “jatah”ku nantinya diberikan kepada orang yang benar-benar menginginkannya. Dan di detik-detik terakhir inilah aku merenung dan mengubah pilihanku. Mulai dari hanya tertuju pada satu universitas kini mulai melirik universitas yang lain, begitu pula dengan program studi yang aku pilih.

Dan kini, aku ada di sini. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan. Aku pun bisa berkata, “Terima kasih Allah. Kau Maha Mengerti apa yang aku butuhkan.” J Kalian tahu kenapa? Aku ceritakan di postingan selanjutnya.

Bye… Bye…

No comments:

Post a Comment