Tuesday, November 16, 2010

TAKLUKAN RIMBA PENGETAHUAN TANPA KEEGOISANMU

Memasuki dunia perkuliahan adalah impian bagi sejumlah besar kalangan remaja yang baru terlepas dari dunia pubertas. Ketika seorang remaja baru saja dinyatakan lulus dari bangku sekolah menengah, yang ada di benaknya adalah apa yang akan ia lakukan setelah ini? Melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi atau universitas adalah pilihan utama bagi mereka yang mampu secara finansial dan akademisi.

Berbagai try out dan ujian masuk universitas menjadi aktivitas yang tak luput dari mereka yang berkeinginan untuk kuliah, sehingga mereka dapat diterima di universitas yang masing-masing mereka harapkan. Tak hanya sampai di situ, topik baru setelah para mahasiswa baru ini diterima di universitas masing-masing adalah bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan paradigma-paradigma baru yang ada di dalamnya.

Bagi saya, dunia perkuliahan bukanlah dunia yang simpel, yang dapat kita mengerti secara langsung apa dan bagaimana “hukum alam” yang berlaku di sana. Mungkin yang ada di benak para mahasiswa baru (teman-teman sebaya saya) adalah kebebasan. Tapi menurut pandangan saya, dunia perkuliahan adalah dunia yang tidak megindikasikan suatu kebebasan, sama sekali. Yang ada dibenak saya, dunia perkuliahan sama halnya dengan hutan rimba, tapi perbedaan rimba yang satu ini adalah tidak adanya hukum alam yang menyatakan “yang kuat yang berkuasa”. Karena bagi saya, di dunia perkuliahan ini kita dituntut bagaimana caranya mempertahankan hidup tanpa merusak kehidupan yang lainnya (asertif).

Idealisme seorang mahasiswa baru yang cenderung ingin menonjolkan diri agar disegani oleh sesama mahasiswa baru, saya rasa adalah kesalahan fatal yang dapat membunuh dirinya sendiri. Ini saya katakan karena ketika saya baru mengenal apa dan siapa itu mahasiswa, ternyata kenyataannya jauh dari apa yang sudah dibicarakan selama saya masih duduk di bangku sekolah menengah. Bagi saya, dunia perkuliahan yang saya lebih senang menyebutnya “rimba pengetahuan” adalah area yang keberadaan dan efiensinya tergantung pada penghuni rimba itu sendiri. Ketika kita menuruti ego dan keangkuhan diri, maka sekali lagi saya katakan, “Brsiaplah untuk kembali tersesat di hutanmu.”

Di dunia perkuliahan ini, kita akan lebih banyak mengenal orang dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia, bahkan dunia dan juga berbagai watak dan karakteristik orang-orangnya. Di wilayah yang lebih homogen inilah, ego kita masing-masing dilatih untuk bagaimana mengahapi berbagai macam watak dan mental kawan. Dan di sinilah tempatnya untuk mengikis ego kita masing-masing dan belajar menghargai orang.

Ketika baru mengenal dunia perkuliahan, saya yang seorang introvert berkeinginan untuk mengubah diri (tanpa mengubah karakter diri) untuk dapat lebih terbukan supel kepada sesama mahasiswa baru maupun senior. Semua ini saya kira adalah hal yang harus saya lakukan agar dapat tetap survive di “rimba pengetahuan” ini. Karena dengan banyaknya koneksi dan pengetahuan seputar perkuliahan dan hal-hal yang ada di dalamnya, memungkinkan kita (para mahasiswa baru) untuk dapat saling membantu.

Mengingat bahwa tujuan kita kuliah adalah untuk meningkatkan kemampuan kita sebagai sumber daya manusia yang berguna bagi Negara Republik Indonesia, maka saling bersinergi antar satu sama lain adalah suatu hal yang cukup bijak dilakukan oleh seorang mahasiswa, terlebih lagi jika dalam satu fakultas kita menggeluti bidang yang berhubungan seperti Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dan lagi-lagi, menjadi seorang mahasiswa adalah suatu komitmen yang harus dipertanggungjawabkan keberdaannya. Apakah mahasiswa itu menjadi mahasiswa yang hanya sekadar kuliah dan mengukir prestasi tanpa peduli yang lainnya, atau menjadi mahsiswa yang “suka aksi”, dalam artian aktif di segala bidang. Mulai dari kegiatan akademisi, organisasi, hingga sosial masyarakat. Ketika kita memilih menjadi mahasiswa di posisi pertama, maka kita harus siap-siap tenggelam dan tersesat di dalam rimba ini. Tapi jika kita memilih posisi yang kedua, maka pertanggungjawabkanlah aksi dan komposisi yang ada di dalamnya.

Terlepas dari semua paradigma dan pandangan saya saat menjadi mahasiswa baru, kesan yang paling saya ingat ketika menjadi mahasiswa baru adalah, buang jauh-jauh egositas antar sesama. Karena kita membutuhkan pundak teman kita untuk mencapai tempat yang lebih tinggi lagi. Jangan sampai keegoisan yang kita miliki menjadi bumerang yang dapat menyebabkan kita mati sebelum masuk “rimba pengetahuan".

No comments:

Post a Comment